Malam Lailatul Qadar adalah tempat dimana Allah menerima segala doa dan melipat gandakan beribu kali lipat pahalanya, bahkan malam itu merupakan malam yang lebih baik dari seribu malam bahkan seribu bulan. Mengapa tidak, dibeberapa pendapat para ulama mengatakan bahwa pada malam ini jua Allah membuka segala hijab doa dengan seluas-luasnya bahkan hijab yang sebelumnya tertutup semuanya dibukakan oleh Allah. Selain itu pada malam tersebut juga turun beribu malaikat yang dipimpin langsung oleh Malaikat Jibril Alaihis Salam.
Malam inilah yang selama ini dicari oleh seluruh umat muslim didunia. Mereka berlomba untuk mendapatkan malam tersebut dengan shalat, ibadah, dzikir dan membaca Alquran. Tentunya dengan tujuan untuk mendapatkan doa dari malaikat mulia, yaitu Jibril dan juga mendapat kelebihan dari keistimewaan malam tersebut. Untuk kelebihannya tentu hanya Allah saja yang mengetahuinya. Yang jelas Allah berfirman tentang malam ini didalam Al-Quran :
(بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ)
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur`an) pada malam kemuliaan.
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan.
5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
[Surat Al-Qadar 1 - 5]
Allah mengatakan "malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar", ungkapan kalimat ini tentunya merupakan petunjuk makna bahwa memang dimalam itu terdapat banyak kelebihan dan kelebihan-kelebihan yang sangat banyak. Selain itu Allah memuji malam ini dengan kalimat "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan". Artinya adalah malam ini jika didapati oleh seorang hamba yang ingin mencarinya maka berbahagialah ia, karena malam yang ia dapati itu merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Oleh karenanya mengejar malam tersebut adalah sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Beliau selalu menganjurkan kepada umatnya untuk berlomba-lomba melakukan ibadah pada malam itu karena kelebihan dan kesejahteraannya.
Lalu sekarang, bagaimana cara mendapatkan malam Lailatul Qadar, apa kelebihan didalamnya dan kapankah tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar ?
Rasulullah SAW menyebutkan sebagai berikut :
Hadist dari oleh Ubay bin Ka’b
بِالْعَلاَمَةِ أَوْ بِالآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا.
Dengan tanda yang pernah Rasulullah kabarkan kepada kami, yaitu (matahari) terbit (pada pagi harinya) tanpa sinar (yang terik).
Hadits dari Ibnu Abbas,
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ: لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ, تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيْحَتُهَا صَفِيْقَةً حَمْرَاءَ.
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang (tanda-tanda) Lailatul Qadr: “Malam yang mudah, indah, tidak (berudara) panas maupun dingin, matahari terbit (di pagi harinya) dengan cahaya kemerah-merahan (tidak terik)”
Hadits dari Jabir bin Abdillah, ia berkata:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنِّيْ كُنْتُ أُرِيْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ, ثُمَّ نُسِّيْتُهِا, وَهِيَ فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ لَيْلَتِهَا, وَهِيَ لَيْلَةٌ طَلْقَةٌ بَلْجَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya aku pernah diperlihatkan (bermimpi) Lailatul Qadr. Kemudian aku dibuat lupa, dan malam itu pada sepuluh malam terakhir. Malam itu malam yang mudah, indah, tidak (berudara) panas maupun dingin” .
Demikian pula hadits Ubadah bin Ash Shamit, ia berkata:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِيْ الْعَشْرِ الْبَوَاقِيْ, مَنْ قَامَهُنَّ ابْتِغَاءَ حِسْبَتِهِنَّ فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَغْفِرُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ, وَهِيَ لَيْلَةُ وِتْرٍ, تِسْعٌ أَوْ سَبْعٌ أَوْ خَامِسَةٌ أَوْ ثَالِثَةٌ أَوْ آخِرُ لَيْلَةٍ, وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ َ: إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيْهَا قَمَراً سَاطِعاً سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ, لاَ بَرْدَ فِيْهَا وَلاَ حَرَّ, وَلاَ يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيْهَا حَتَّى تُصْبِحَ, وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً, لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ.
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul Qadr (terjadi) pada sepuluh malam terakhir. Barangsiapa yang menghidupkan malam-malam itu karena berharap keutamaannya, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dan malam itu adalah pada malam ganjil, ke dua puluh sembilan, dua puluh tujuh, dua puluh lima, dua puluh tiga atau malam terakhir di bulan Ramadhan,” dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya tanda Lailatul Qadr adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu”
Selain dari tanda yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW diatas, menurut beberapa riwayat ulama juga menyebutkan tanda-tanda nya, salah satunya yang telah dijelaskan didalam kitab Jam'ul Fawaid karya Imam Abdullah Al-Fatani, bab Malam Lailatul Qadar, hal. 113 :
Riwayat dari Ibnu Abu Hurairah dari Syeikh Abu Hasan, berkata :
"Jika awal puasanya jatuh pada hari Minggu maka besar kemungkinannya malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 29, jika awal puasa hari sabtu maka malam Lailatul Qadar jatuh pada 23, jika hari senin maka jatuh pada malam 21, jika puasa hari Selasa maka jatuh pada malam 27, jika jatuh pada hari Rabu maka malam ke 29, jika jatuh awal puasa pada hari Kamis jatuh pada malam 29 dan jika awal puasa hari Jumat maka malam Lailatul Qadar jatuh pada malam 27".
"Jika awal puasanya jatuh pada hari Minggu maka besar kemungkinannya malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 29, jika awal puasa hari sabtu maka malam Lailatul Qadar jatuh pada 23, jika hari senin maka jatuh pada malam 21, jika puasa hari Selasa maka jatuh pada malam 27, jika jatuh pada hari Rabu maka malam ke 29, jika jatuh awal puasa pada hari Kamis jatuh pada malam 29 dan jika awal puasa hari Jumat maka malam Lailatul Qadar jatuh pada malam 27".
Pendapat diatas didapati dari pengalaman yang pernah dirasakan oleh Ibnu Abu Hurairah dan Syeikh Abul Hasan juga orang-orang shaleh dan para ulama. Namun yang pastinya adalah Allah-lah menjadi tempat kembalinya dimana keberadaan malam Lailatul Qadar itu sebenarnya. Ada hikmah kenapa malam Lailatul Qadar ini dirahasiakan oleh Allah, salah satunya adalah Allah ingin melihat bagaimanakah kesungguhan seorang hamba beribadah kepadanya.
Semoga kita mendapatkan malam Lailatul Qadar tersebut. Amin
Sumber :
Artikel Tgk. Habibie M Waly S.TH
Thanks for reading & sharing Muslim Atjeh
0 komentar:
Post a Comment